Sabtu, 11 Februari 2017

Unsur Logam pada Keris Nusantara

Setelah diadakan penelitian secara ilmiah oleh para cendikiawan, keris merupakan bukti hasil karya seni budaya tinggi. Budaya tersebut berakar dari teknologi metalurgi yang sangat tinggi. Dapat disimpulkan bahwa beberapa keris kuno antara lain mengandung unsur-unsur logam seperti berikut ini :
  1. Fe (Fenum). Fenum atau besi merupakan unsur utama keris.
  2. Ti (titanium). Titanium dengan titik lebur lebih dari 2000 derajat Celsius merupakan salah satu unsur dari meteor yang digunakan sebagai pamor sehingga keris menjadi kuat, ringan, sangat tajam, dan antikarat.
  3. Sn (stannum). Stannum adalah timah putih yang memperindah pamor, memperkuat, memperkeras, dan menambah keuletan keris.
  4. Sb (stobium). Stobium ini berfungsi sama dengan timah putih.
  5. Cr (chrom). Chrom bersifat anti-korosi (stainlees steel).
  6. Cu (cuprum). Cuprum adalah kuningan yang berfungsi untuk menambah keindahan keris.
  7. Zn (zinc). Zinc adalah seng yang berfungsi untuk menambah keindahan keris.
  8. Ag (argentum). Argentum atau perak, dimaksudkan untuk menambah kecemerlangan pamor, keuletan, dan antokorosi pada keris.
  9. Ca (calsium). Calsium adalah sebagai pembersih untuk mengikat P (posfor) dan S (sulphurium) sehingga belerang yang terdapat dalam besi keluar dalam bentuk kerak.
  10. Ni (nickel). Nickel atau nikel digunakan sebagai bahan pamor, menambah kekerasan dan keuletan. Nikel banyak terdapat pada keris tangguh mataram.
  11. As (arsenikum). Warangan bersenyawa dengan permukaan bilah fe (fenum) menimbulkan warna hitam sehingga menghambat oksidasi dan mengeluarkan pamor keris.
Logam dasar yang digunakan dalam pembuatan keris ada dua macam logam adalah logam besi dan logam pamor, sedangkan pesi keris terbuat dari baja. Untuk membuatnya ringan para Empu selalu memadukan bahan dasar ini dengan logam lain. Keris masa kini (nèm-nèman, dibuat sejak abad ke-20) biasanya memakai logam pamor nikel. Keris masa lalu (tosan aji kuno) yang baik memiliki logam pamor dari batu meteorit yang diketahui memiliki kandungan titanium yang tinggi, di samping nikel, kobal, perak, timah putih, kromium, antimonium, dan tembaga. Batu meteorit yang terkenal adalah meteorit Prambanan, yang pernah jatuh pada abad ke-19 di kompleks percandian Prambanan.
Meteor adalah benda angkasa yang jatuh ke bumi. Meteor akan habis terbakar akibat panas yang ditimbulkan dari pergeseran dengan atmosfir. Hanya meteor besar yang tidak habis terbakar dan jatuh ke bumi.
Dari penyelidikan laboratorium diketahui bahwa pamor meteor antara lain mengandung Ti (titanium) yang mempunyai titik lebur sangat tinggi, hampir 2000 derajat Celsius. Saat ini titanium banyak digunakan untuk peluru kendali, roket, pesawat luar angkasa dan teknologi canggih lainnya.
Titanium juga merupakan unsur yang bersifat antikorosi, meringankan logam paduan dan mampu menambah kekuatan paduan logam maka keris yang menggunakan bahan pamor dari meteor akan menjadi sangat ringan, sangat tajam dan tidak mudah rusak meskipun sudah sangat tua.
Membuat keris dengan menggunakan bahan pamor meteor juga dianggap sebagai perkawinan sakral antara Bapak Agkasa (meteor) dan Ibu Pratala (unsur bumi). Dalam sebuah catatan di Perpustakaan Radyapustaka Solo diungkapkan bahwa pada tahun 1784 jatuh sebuah meteor di desa Prambanan Yogyakarta. Benda angkasa tersebut kemudian dibawa ke keraton Solo pada tahun 1866 atas perintah Raja Pakubuwana, kemudian ditempatkan di Bandengan dalam keraton Kasunanan sebelah timur dengan peringatan sengkala Mantri Nembah Sebdaning Ratu (tahun alip 1793). Beberapa meteor yang tercatat pernah ditemukan adalah :
•     Pada tahun 1869 di desa Cabe Rembang, Jawa Timur.
•     Pada tahun 1883 di desa Kedung Putri, Ngawi.
•     Pada Tahun 1884 di desa Jatipengtolan, Madiun.
•     Pada tahun 1919 di desa Joko, Rembang.
Keris yang mengandug pamor meteor biasanya sangat indah dan cemerlang, berkesan wingit dan berwibawa. Pamor meteor sangat padat, pori-porinya tidak tampak dan berwarna putih berkilat tetapi sejuk dan sangat ringan.

Kamis, 09 Februari 2017

Keris Nusantara

      Sebelum membahas masalah keris dan budayanya, sebaiknya ditentukan dahulu batasan-batasan mengenai apa yang disebut keris. Hal ini perlu karena dalam masyarakat sering dijumpai pengertian yang keliru dan kerancuan mengenai apa yang disebut keris. Saya berpendapat, sebuah benda dapat digolongkan sebagai keris bilamana benda itu memenuhi kriteria berikut :

  1. Keris harus terdiri dari dua bagian utama, yakni bagian bilah keris (termasuk pesi) dan bagian ganja. Bagian bilah dan pesi melambangkan ujud lingga, sedangkan bagian ganja melambangkan ujud yoni. Dalam falsafah Jawa, yang bisa dikatakan sama dengan falsafah Hindu, persatuan antara lingga dan yoni merupakan perlambang akan harapan atas kesuburan, keabadian (kelestarian), dan kekuatan.
  2. Bilah keris harus selalu membuat sudut tertentu terhadap ganja. Bukan tegak lurus. Kedudukan bilah keris yang miring atau condong, ini adalah perlambang dari sifat orang Jawa, dan juga suku bangsa Indonesia lainnya, bahwa seseorang, apa pun pangkat dan kedudukannya, harus senantiasa tunduk dan hormat bukan saja pada Sang Pencipta, juga pada sesamanya. Ilmu padi, kata pepatah, makin berilmu seseorang, makin tunduklah orang itu.
  3. Ukuran panjang bilah keris yang lazim adalah antara 33 - 38 cm. Beberapa keris luar Jawa bisa mencapai 58 cm, bahkan keris buatan Filipina Selatan, panjangnya ada yang mencapai 64 cm. Yang terpendek adalah keris Buda dan keris buatan Nyi Sombro Pajajaran, yakni hanya sekitar 16 - 18 cm saja. Tetapi keris yang dibuat orang amat kecil dan pendek, misalnya hanya 12 cm, atau bahkan ada yang lebih kecil dari ukuran fullpen, tidak dapat digolongkan sebagai keris, melainkan semacam jimat berbentuk keris-kerisan.
  4. Keris yang baik harus dibuat dan ditempa dari tiga macam logam,- minimal dua, yakni besi, baja dan bahan pamor. Pada keris-keris tua, semisal keris Buda, tidak menggunakan baja.

Dengan demikian, keris yang dibuat dari kuningan, seng, dan bahan logam lainnya, tidak dapat digolongkan sebagai keris. Begitu juga "keris" yang dibuat bukan dengan cara ditempa, melainkan dicor, atau yang dibuat dari guntingan drum bekas aspal tergolong bukan keris, melainkan hanya keris-kerisan. Meskipun masih ada beberapa kriteria lain untuk bisa mengatakan sebuah benda adalah keris, empat ketentuan di atas itulah yang terpenting.